![]() |
iPhone 7 by Apple |
Bisakah kamu membayangkan bagaimana rasanya bekerja di pabrik perakitan iPhone 7? Jika kamu berpikir bekerja di pabrik perakitan iPhone menyenangkan, karena bisa menjajal berbagai jenis iPhone, kamu harus berpikir ulang. mbak-minah
Karena tak demikian dengan apa yang dialami oleh Dejian Zeng. Seorang mahasiswa New York University yang diam-diam menghabiskan waktu liburan musim panasnya dengan menyamar menjadi buruh pabrik perakitan iPhone milik Pegatron di Tiongkok.
Penyamaran Zeng dilakukan untuk sebuah proyek dari kampusnya. Dan ternyata bekerja di pabrik smartphone premium sekelas iPhone tidak membuat buruh yang bekerja disana menjadi kaya. Zeng bekerja di bagian perakitan dan bahkan tidur satu asrama dengan para buruh lainnya.
Berikut ini beberapa rahasia pabrik iphone yang berhasil dikuak oleh Zeng :
- Kebanyakan buruh bekerja membuat iPhone di pabrik Pegatron adalah demi mencari nafkah untuk dirinya sendiri dan atau keluarganya. Jadi, bukan sesuatu yang benar-benar menyenangkan.
- Pegatron ternyata cukup bertanggungjawab dengan upaya mencegah anak di bawah umur bekerja di pabriknya.
- Staff dari Apple berada disana setiap hari untuk mengawasi proses produksi iPhone, setidaknya dalam peralihan produksi ke iPhone 7.
- Setiap buruh harus multitasking dan siap dipindahkan ke berbagai posisi kapanpun mereka dibutuhkan.
- Para buruh sama sekali tidak diperbolehkan membawa masuk ponsel dan alat elektronik lainnya.
- Pabrik iPhone, menerapkan sistem kemanan sangat ketat, salah satunya dengan menggunakan detektor logam yang sangat sensitif. Para buruh dipaksa untuk melewati dua pos pemeriksaan keamanan dengan deteksi logam.
- Kadangkala asrama buruh menyediakan air hangat, namun terkadang tidak ada air sama sekali.
- Buruh akan ditegur jika terlihat tidak bersemangat, meskipun sebenarnya mereka hanya kelelahan dan tidak tidur. Mereka diancam dengan potong gaji.
- Buruh mendapatkan vaksinasi sebelum diterima. Mereka tidak boleh bekerja jika terinfeksi HIV atau sedang hamil.
- Buruh dibayar US$ 450 per bulan (setara Rp 6 juta). Tidak cukup untuk membeli iPhone baru yang mereka buat.
- Ada kerja lembur untuk mendapatkan upah tambahan. Namun terkadang kerja lembur mereka tidak hanya sukarela, namun dipaksa.
Zeng menilai dengan kondisi semacam itu, tidak mungkin perakitan iPhone dipindahkan ke Amerika Serikat seperti keinginan presiden AS, Donald Trump. (berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar